Pembaca tersayang,
Siapkan paspormu dan
biarkan cerita bergulir. BANGKOK mengantar sepasang kakak dan adik pada
teka-teki yang ditebar sang ibu di kota itu. Betapa perjalanan tidak hanya
mempertemukan keduanya dengan hal-hal baru, tetapi juga jejak dari masa lalu.
Di kota ini, Moemoe
Rizal (penulis Jump dan Fly to
The Sky) membawa Edvan dan adiknya
bertemu dengan takdirnya masing-masing. Lewat kisah yang tersemat di sela-sela candi
Budha Wat Mahathat, di antara perahu-perahu kayu yang mengapung di sekujur
sungai Chao Phraya, juga di tengah dentuman musik serta cahaya neno yang
menyala di Nana Plaza, Bangkok
mengajak pembaca memaknai persaudaraan, persahabatan, dan cinta.
Pertama, saya selesai membaca buku ini kira-kira sudah lebih
dari satu tahun yang lalu. Namun, tiga hari belakangan saya berniat ingin
membaca ulang beberapa koleksi buku saya. Dan, pilihan pertama itu pun jatuh
pada buku ini.
Buku ini terbit pertama kali pada tahun 2013, dan merupakan
salah satu dari serial SETIAP TEMPAT PUNYA CERITA (STPC) dari penerbit
GagasMedia. Selain, London: Angel, Melbourne: Rewind dan beberapa lagi yang
saya lupa namanya.
Oke. Seperti Blurb di atas, buku ini menceritakan tentang
seorang laki-laki bernama Edvan yang mencari tujuh jurnal di kota Bangkok,
Thailand, yang pernah ditulis oleh almarhumah ibunya. Konon, jurnal-jurnal itu
menyimpan sebuah warisan yang disimpan oleh ayah dan ibunya. Setiap jurnal
dititipkan pada satu orang di kota Bangkok. Lokasi jurnal sebelumnya, selalu
ada di jurnal sesudahnya. Nah, selama pencariannya di kota Bangkok dia ditemani
oleh seorang gadis Thailand bernama Charm, yang kemudian mampu mengambil hati
si Edvan. Banyak hal-hal yang pada akhirnya mengubah sikap Edvan selama
pencarian jurnal itu. Yang tadinya tidak peduli (bahkan, benci) pada Ibu dan
adiknya (karena memilih menjadi waria). Benci pada keluarga. Dia banyak bertemu
dengan orang-orang yang dititipi jurnal oleh ibunya dan banyak belajar dari
mereka. Sampai akhirnya, dia bisa menerima keadaan adiknya yang telah memilih
menjadi seorang waria. Bahkan, dia bisa menemukan cintanya selama mencari
jurnal yang berisi warisan itu.
Intinya, dengan membaca buku ini kamu tidak hanya akan
membaca tentang kisah cinta semata.
Oleh karena itu, sebaiknya kamu membaca buku yang ditulis
oleh Moemoe Rizal ini. Gaya penulisannya yang dipakai yakni khas seorang
Moemoer Rizal. Lucu, namun tidak menghilangkan kesan sedih, haru, dan romantisnya.
Moemoe Rizal juga pandai menyematkan hal-hal yang berbau Thailand dalam
bukunya, sehingga kesan Bangkoknya sangat terasa. Dia juga sangat pandai
menyebutkan tempat-tempat di Bangkok secara detail (padahal belum pernah ke
sana, sepertinya) sehingga kita seolah-olah seperti benar-benar berada di kota
itu. Keren! Dijamin, setelah membaca ini kamu bakal (semakin) ingin datang ke
Bangkok.
Oh ya, mengenai cerita warisan itu, entahlah warisan apa
yang tersimpan dalam tujuh jurnal yang sudah ditemukan. Mungkin itulah kenapa
disebut teka-teki. Bisa jadi itu hanya warisan biasa, namun juga bisa jadi
warisan materi. Entahlah. Mungkin itu hebatnya Moemoe Rizal, bisa membuat
pembaca menebak-nebak di akhir cerita.
Kamu penasaran? Baca saja bukunya. Okay?
Kalimat yang ada di buku ini yang menyita perhatian saya
yaitu “Kau tidak perlu membenarkannya. Terima saja fakta bahwa mereka ada.”
Sawatdee, kha!
*sumber gambar: mandhut.wordpress.com
[Buku] "Bangkok: The Journal": Memaknai Persaudaraan, Persahabatan, dan Cinta
Reviewed by Anonim
on
Juni 18, 2015
Rating:
Tidak ada komentar: