Pembaca Tersayang,
Mari berjalan di sepanjang bantaran Sungai Thames, dalam rintik gerimis dan gemilang cahaya dari London Eye.
Windry Ramadhina, penulis novel Orange, Memori, dan Montase mengajak kita menemani seorang penulis bernama Gilang mengejar cinta Ning hingga ke Fitzrovia. Namun, ternyata tidak semudah itu menyatakan cinta. Kota London malah mengarahkannya kepada seorang gadis misterius berambut ikal. Dia selalu muncul ketika hujan turun dan menghilang begitu hujan reda. Sementara itu, cinta yang dikejarnya belum juga ditemukannya. Apakah perjalanannya ini sia-sia belaka?
Setiap tempat punya cerita.
Dalam dingin kabut Kota London, ada hangat cinta menyelusup.
Enjoy the journey,
EDITOR
Mari berjalan di sepanjang bantaran Sungai Thames, dalam rintik gerimis dan gemilang cahaya dari London Eye.
Windry Ramadhina, penulis novel Orange, Memori, dan Montase mengajak kita menemani seorang penulis bernama Gilang mengejar cinta Ning hingga ke Fitzrovia. Namun, ternyata tidak semudah itu menyatakan cinta. Kota London malah mengarahkannya kepada seorang gadis misterius berambut ikal. Dia selalu muncul ketika hujan turun dan menghilang begitu hujan reda. Sementara itu, cinta yang dikejarnya belum juga ditemukannya. Apakah perjalanannya ini sia-sia belaka?
Setiap tempat punya cerita.
Dalam dingin kabut Kota London, ada hangat cinta menyelusup.
Enjoy the journey,
EDITOR
Saya sudah pernah menceritakan
bahwa ingin membaca ulang koleksi-koleksi buku saya. Buku pertama jatuh pada
novel Bangkok: The Journal. Dan saya sudah menulis ulasannya sedikit. Kemudian,
pilihan kedua saya jatuh pada novel saudara Bangkok: The Journal yakni London:
Angel.
Pertama, saya ingin berkata jujur
bahwa novel ini adalah yang pertama kali (semenjak saya gemar membaca novel)
membuat mata saya berkaca-kaca. Entah kenapa saya juga tidak tahu. Mungkin karena
si penulis novel, Windry Ramadhina, bisa menyihir pembaca lewat kata-katanya.
Sejak membaca di bagian pertama,
saya sudah menikmati kalimat per kalimat yang disusun oleh Windry. Pilihan kata
serta penyusuanannya yang tepat membuat saya benar-benar menikmati jalannya
cerita. Bila diibaratkan aliran air, maka seperti aliran yang tenang namun
mampu membawa pada tujuan dengan tepat. Manis sekali!
Novel ini menceritakan seorang
lelaki bernama Gilang yang pergi ke London untuk mengejar cintanya, yakni
sahabatnya sendiri. Perjuangan cinta yang dilalui Gilang tidaklah mudah. Selama
di London Gilang ini banyak bertemu dengan orang baru. Salah satunya gadis
bernama (atau diberi nama) Goldilocks, yang datang setiap kali hujan turun,
namun pergi menghilang saat hujan reda. Yang pada akhirnya dia menunjukkan
keajaiban cinta pada Gilang.
Dalam cerita, banyak twist yang
akan membuat kamu terkejut dan tidak menduganya sama sekali. Kamu pasti akan
manggut-manggut sambil tersenyum-senyum sendiri. Apalagi, dialog-dialog yang
digunakan juga menyesuaikan dengan kultur budaya orang luar. Itu bisa terasa
sekali setiap ada dialog antara Gilang dan warga asli London. Selain itu,
Windry juga memilih menamai tokoh-tokohnya dengan nama karakter-karakter yang
ada pada buku maupun film.
Selain itu, darinya bukunya ini
akan terlihat sekali bahwa Windry adalah seorang book and caffee addict.
Sebab tokoh utama, Gilang, digambarkan sebagai seorang penulis. Bahkan ada
beberapa bagian dalam cerita yang membahas mengenai dunia literasi.
Sungguh. Kalian harus baca novel
ini. Saya sangat menganjurkannya. Highly recommanded. Saya jamin kamu
tidak akan menyesal membacanya. Datang saja ke toko buku terdekat. Atau kalau
tidak pesan di toko buku online. Atau, kalau juga tidak bisa, boleh pinjam ke saya?
Ah, aku tidak tahu. Sebab ini salah satu novel kesayanganku.
*sumber gambar: mernaarini.wordpress.com
[Buku] "London: Angel": Ada Keajaiban Cinta
Reviewed by Anonim
on
Juni 22, 2015
Rating:
Tidak ada komentar: