Saya
mulai tertarik untuk membaca buku ini ketika tahu bahwa ia menjadi fiksi
terbaik di tahun 2016 versi Rolling Stone Indonesia, prosa terbaik Kusala Sastra
Khatulistiwa 2016, dan prosa pilihan majalah Tempo 2016. Apalagi ditambah
dengan banyaknya ulasan dari teman-teman yang sudah membacanya membuat saya
makin tertarik.
Akhirnya,
alhamdulillah, saya pun bisa membacanya hingga tuntas.
Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi berkisah tentang Sungu Lembu, seorang Pangeran dari Banjaran Waru, yang ingin membalaskan dendamnya kepada Watugunung, raja dari Gilingwesi, yang sudah mencaplok kerajaannya. Kemudia dalam rencana pembalasan dendan inilah Sungu Lembu bertemu dengan Raden Mandasia, pangeran dari Gilingwesi yang memiliki kegemaran ganjil yaitu mencuri daging sapi. Kedua bertemu di rumah dadu Nyai Manggis. Takdir membuat mereka menjadi teman seperjalanan. Raden Mandasia ingin pergi ke Gerbang Agung untuk mencegah peperangan besar yang akan terjadi antara Gerbang Agung dan Gilingwesi. Dan, Sungu Lembu melihat bahwa ini adalah kesempatannnya untuk membalaskan dendamnya pada Watugunung. Mereka pun banyak melakukan petualangan. Mulai dari berlayar bersama, bertarung dengan para bajak laut, bertemu dengan sang pembawa wahyu, bertemu seorang juru masak yang handal, menyeberangi gurun Sahara dengan berlari selama berhari-hari, menyamar menggunakan kulit seorang kasim, sampai bertemu dengan putri yang terkenal amat sangat cantik.
Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi berkisah tentang Sungu Lembu, seorang Pangeran dari Banjaran Waru, yang ingin membalaskan dendamnya kepada Watugunung, raja dari Gilingwesi, yang sudah mencaplok kerajaannya. Kemudia dalam rencana pembalasan dendan inilah Sungu Lembu bertemu dengan Raden Mandasia, pangeran dari Gilingwesi yang memiliki kegemaran ganjil yaitu mencuri daging sapi. Kedua bertemu di rumah dadu Nyai Manggis. Takdir membuat mereka menjadi teman seperjalanan. Raden Mandasia ingin pergi ke Gerbang Agung untuk mencegah peperangan besar yang akan terjadi antara Gerbang Agung dan Gilingwesi. Dan, Sungu Lembu melihat bahwa ini adalah kesempatannnya untuk membalaskan dendamnya pada Watugunung. Mereka pun banyak melakukan petualangan. Mulai dari berlayar bersama, bertarung dengan para bajak laut, bertemu dengan sang pembawa wahyu, bertemu seorang juru masak yang handal, menyeberangi gurun Sahara dengan berlari selama berhari-hari, menyamar menggunakan kulit seorang kasim, sampai bertemu dengan putri yang terkenal amat sangat cantik.
Cerita-cerita
yang terlahir dari petualangan keduanyalah yang menjadi nadi dari kisah ini. Banyak
sekali kisah dalam buku ini yang menghibur dan memantik tawa. Bahkan terkadang
juga membuat kita kesal hingga memaki dengan kata ‘Anjing!” - seperti yang akan
banyak kalian temukan di buku ini. Di bagian-bagian akhir dari buku ini, kita
akan disuguhkan cerita yang memaksa kita untuk ikut merasakan sedihnya.
Si
pengarang cerita, Yusi Avianto Pareanom, pandai dalam memilih ide cerita,
setting tempat, hingga nama tokoh. Yusi juga pandai menciptakan dongeng ini
dengan cara mengambil berbagai dongeng/mitos yang sudah ada sebelumnya kemudian meramunya menjadi cerita baru yang segar. Misalkan,
seperti kisah Sangkuriang dan Dayang Sumbi. Selain itu, pemilihan latar tempat
yang ia buat seolah-olah itu tempat baru, meskipun bila ditinjau kembali, masih
bisa kita ketahui. Contohnya, Pulau Padi yang merujuk ke Pulau Jawa, Kelapa ke
Sunda Kelapa, Tanah Semenanjung ke Semenanjung Malaka, Jazirah Atas Angin ke
India, hingga Jazirah Bulan Sabit ke Jazirah Arab.
Buku
ini bisa dikatakan juga cukup berani. Berani dalam artian, ada beberapa bagian
yang mendeskripsikan adegan seks dengan vulgar. Mungkin untuk beberapa orang ‘kevulgaran’
ini akan dikatakan menjadi sesuatu yang kurang menarik. Tapi bagi saya sendiri,
hal-hal demikian akan membuat satu nuansa baru dalam buku yang akan memperkaya
isinya. Penulis juga banyak memakai diksi-diksi baru yang sebelumnya belum
pernah saya dengar sama sekali. Saya pun punya tambahan untuk perbendaharaan kata.
Sungguh
sangat mengasyikkan membaca buku dongeng ini. Perasaan kita yang seolah
dipermainkan, ditambah tata bahasa yang dipakai oleh pengarang yang juga
membuat kita nyaman membacanya. Yusi sukses membuat buku dongeng yang penuh karakter-karakter dengan cerita-ceritanya
sendiri yang menarik dan membuat pembaca tertarik dan ingin menuntaskannya. Bahkan saya pernah membaca salah satu ulasan mengenai buku ini dan
mengatakan bahwa buku ini hampir sama dengan Game of Thrones dan Lord Of The
Ring.
Jadi,
bagi kalian yang belum membaca, saya sarankan untuk membacanya. Saya meminjam
dari blurbs di balik buku ini’ “dongeng
kontemporer yang memantik tawa, tangis, dan makian Anda dalam waktu berdekatan –
mungkin bersamaan.” Jarang-jarang ada yang kisah dongeng tentang nusantara yang bagus, bukan?
***
[Buku] Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi: Menikmati Dongeng Yang Mengasyikkan
Reviewed by TIDAKTAMPAN
on
Maret 17, 2017
Rating:
Tidak ada komentar: