Judul: Senyum
Karyamin
Penulis: Ahmad Tohari
Penerbit: Gramedia
Pustaka Utama
Tebal: 88 halaman
Terbit: Cetakan Kesepuluh, 2015
***
Tulisan Ahmad Tohari yang sebelumnya pernah saya baca yaitu Di Kaki
Bukti Cibalak. Buku yang menceritakan tentang seorang pemuda bernama Pambudi
dan kehidupan orang-orang di desa Tanggir, sebuah desa yang berada di kaki
bukit Cibalak. Satu hal yang berkesan dalam buku itu ialah Ahmad Tohari yang
mampu memberikan gambaran tentang suasana desa, bentang alam, hingga kehidupan
sosial masyarakatnya.
Begitu pula dengan buku kumpulan cerpen Senyum Karyamin. Ahmad Tohari
masih membicarakan mengenai kehidupan perdesaan yang serba sederhana dan,
barangkali, masih murni. Ia tak berbicara soal gemerlap kota dan ingar
bingarnya. Ia tak berbicara perihal urban
dan segala problemanya. Ia hanya bercerita soal hal-hal sederhana yang ada di kehidupan
desa. Tetapi hal itu tak membuat ia kehilangan daya tarik dalam cerpennya.
Seperti dalam cerpen yang berjudul Senyum Karyamin. Cerpen ini berkisah
tentang seorang pencari batu kali. Ia hidup miskin bersama istrinya. Sebab
penghasilannya tak menentu ditambah truk-truk pengangkut batu tak kunjung
kembali ke desa dan membayar upahnya. Hal yang sama juga dirasakan oleh
teman-teman Karyamin sesama pencari batu kali. Namun, mereka menerima semua
keadaan itu. Meski kemiskinan membelit kehidupan Karyamin, tapi ia tetap
melaluinya dengan tetap tersenyum.
“Mereka tertawa bersama. Mereka,
para pengumpul batu itu, memang pandai bergembira dengan cara menertawakan diri
mereka sendiri.”
Semua cerpen yang ada dalam kumcer ini seluruhnya mengangkat tema
tentang kehidupan desa. Tema yang sederhana dan lugu, namun sebetulnya memiliki
celah untuk kita hayati melalui sebuah karya. Dan, Ahmad Tohari mampu menemukan
celah itu. Cerpen-cerpen karyanya berbicara perihal keharmonisan antara manusia
dan dunia sekitarnya. Tokoh-tokoh yang dimunculkan selalu berasal dari rakyat
kecil atau warga desa. Seolah-olah, jika dalam cerpen, warga desa itulah yang
menerikaan pada kita semua tentang kemanusiaan dan persaudaraan.
Cerpen yang paling saya suka, selain Senyum Karyamin, yaitu Wangon
Jatilawang. Cerpen yang mengisahkan tentang hubungan kita sesama manusia yang
dilambangkan dengan wong gemblung
(orang yang sedikit tidak waras). Selesai membaca cerpen ini seolah pintu hati
dan nurani kita terketuk.
Selain itu, seperti yang saya singgung, membaca tulisan-tulisan Ahmad
Tohari kita akan menemukan penggambaran bentang alam perdesaan. Mulai dari
bukit-bukit yang hijau, jalanan kampung, sungai, bahkan sampai flora dan
faunanya. Barangkali kalian akan merasa diajak berwisata ke perdesaan dengan
imajinasi yang dia bangun.
Sebagai tambahan bahan bacaan, silakan kalian baca buku kumpulan cerpen
ini. Melihat nama penulisnya saja kalian pasti tahu bahwa ia adalah salah satu
sastrawan yang dikenal di negeri ini. Tentu kualitas tulisannya juga tak perlu
diragukan. Tapi selebihnya itu kembali
ke selera masing-masing.
Yang jelas saya tidak kecewa membeli dan membaca buku ini.
Situbondo, 25 Mei 2017
[Buku] Senyum Karyamin: Perihal Kesederhanaan
Reviewed by TIDAKTAMPAN
on
Mei 26, 2017
Rating:
Tidak ada komentar: