Sudah agak lama saya tidak menulis tentang review sebuah buku. Semua disebabkan karena akhir-akhir ini saya tidak bisa menyelesaikan satu pun buku bacaan. Miris sekali! Kesibukan pekerjaan memaksa saya untuk meletakkan buku bacaan saya sejenak terlebih dahulu. Namun, akhirnya saya bisa kembali mengambil buku itu kemudian menuntaskan membacanya.
Buku tersebut adalah karya dari salah satu penulis favorit saya, Puthut EA: Sebuah Kitab Yang Tak Suci.
Buku ini adalah cetak ulang dari karya Puthut beberapa tahun lalu. Buku ini ditulis diawal-awal masa kepengarangannya. Dalam versi barunya buku ini berisi sepuluh cerpen. Tidak sama dengan versi lamanya yang memuat duabelas cerpen.
Sebelumnya saya sudah pernah membaca buku-buku Puthut; Sebuah Usaha Menulis Surat Cinta, Kupu-kupu Bersayap Gelap, Seekor Bebek Yang Mati di Pinggir Kali, dan Para Bajingan Yang Menyenangkan. Berbeda dengan buku-buku yang pernah saya baca itu, Sebuah Kitab Yang Tak Suci banyak menampilkan tulisan Puthut dengan gaya bahasa dan diksi yang kaya akan estetika. Begitu indah. Seperti di cerpen pembuka dalam buku ini, Kematian Seorang Istri, Puthut langsung menampakkan gaya tulisannya yang penuh dengan nilai estetis. Tampak sekali kalau Puthut banyak melakukan akrobatik kata dan kalimat.
Kalau di buku-buku lainnya – yang pernah saya baca – jarang sekali saya temukan tulisan-tulisan Puthut yang seperti itu. Saya menyukai Puthut karena ia tak banyak menampilkan tatanan bahasa yang puitis, tetapi mampu menghasilkan sebuah tulisan yang nyaman dibaca. Bahkan saya menganggap bahasa-bahasa Puthut selalu segar.
Cerita-cerita dalam buku ini banyak mengisahkan perihal kekelaman. Bahkan ada beberapa cerita yang mengisahkan tentang sejarah kelam negeri ini. Akan tetapi, entah kenapa, meskipun banyak kekelaman dalam cerita-ceritanya tetapi tak membuat saya merasa bersedih. Tidak ada kesedihan yang merundungi saya ketika membaca cerita-cerita kelam dalam buku tersebut.
Saya menangkap dalam buku ini Puthut ingin memperlihatkan pandangannya tentang keabsurdan lingkungan sekitarnya. Puthut beberapa kali menyinggung tentang hal-hal (yang dia anggap) mustahil mengenai sebuah agama. Juga, hal-hal di dalam masyarakat yang juga dia anggap absurd. Saya juga sempat berpikir bahwa pemikiran Puthut mengenai hal itu juga ada benarnya. Kalau dipikir-pikir banyak sekali hal-hal yang bersifat absurd yang ada di sekitar kita, tetapi sedikit sekali dari kita yang menyadarinya.
Saya sendiri sebagai pembaca beberapa buku Puthut, lebih akrab dengan tulisannya yang realis. Begitu membaca bukunya yang satu ini membuat saya tidak mengerti pada beberapa bagian. Karena Puthut tidak lagi hadir dengan tulisan seperti di tiga buku yang saya baca itu. Puthut, kali ini, menyajikan gaya surealisme. Saya harus jujur, ada beberapa cerpen yang saat dibaca saya sama sekali tidak mengerti. Tapi saya menikmati setiap kata dan kalimatnya.
Dari sepuluh cerpen yang saya baca, ada beberapa yang saya sukai: Kematian Seorang Istri, Rahim Itu Berisi Cahaya, Penunggang Kuda yang Selalu Memburu Angin dan Seseorang di Sebuah Sudut.
Buku yang bagus. Saya menyarankan pada kalian untuk membaca buku ini. Sebab seperti dalam blurbs buku, “…karya Puthut EA yang mendapatkan pujian dari berbagai kalangan sebagai puncak estetika dan kepenulisan dari seorang Puthut EA.”
***
[Buku] Sebuah Kitab Yang Tak Suci: Estetis dan Absurd
Reviewed by TIDAKTAMPAN
on
September 21, 2017
Rating:
Tidak ada komentar: