Sudah lama saya mengidam memiliki buku kumpulan cerpen SGA ini. Saya
naksir sama buku tebal ini saat masih duduk di bangku kuliah. Saat itu saya sedang main ke toko buku
Gramedia. Di sanalah saya melihat buku ini dan langsung ingin membeli. Tetapi
sayangnya buku ini terlalu mahal
(bagi saya itu sangat mahal). Saya jadi berpikir ulang
untuk membelinya. Kalau saya membeli buku ini, saya bisa tidak makan selama
seminggu.
Akhirnya terpaksa saya menunda untuk membelinya. Kapan-kapan
sajalah.
Saya baru bisa benar-benar membelinya setelah lulus hampir selama satu
tahun. Harganya tetap mahal seperti dulu. Tetapi, harga itu sebanding dengan
isi buku yang bagus. Jumlah cerpen yang banyak. Siapa pula yang tidak mengakui
kepiawaian SGA dalam menulis cerpen? Dia adalah salah satu cerpenis andal di
negeri ini.
Buku Senja dan Cinta Yang Berdarah adalah buku kumpulan cerpen SGA yang
pernah dimuat di Harian Kompas berisi kurang lebih sekitar 85 cerpen. Tebalnya jangan ditanya.
Yang jelas kalau dilemparkan ke kepalamu pasti sakit. Dari 85 cerpen itu,
dibagi berdasarkan periodisasi
pemuatan secara kronologis. Periode pertama, 1978-1981. Kedua, 1981-1990. Ketiga, 1991-1993. Bukan berarti
jumlah itu menandakan banyaknya cerpen yang sudah dihasilkannhya. Sebab cerpen-cerpen
SGA jelas
tidak hanya dimuat di Kompas saja. Cerpen-cerpen SGA juga
dimuat di Koran-koran lain.
Meskipun saya menyukai cerpen-cerpen SGA, tapi saya tak banyak tahu tentang
karya-karyanya. Padahal SGA sudah menulis sejak lama. Karya-karyanya juga sudah
pernah terbit di beberapa puluh tahun yang lalu. Tapi, berkat kumcer ini saya
bisa tahu.
Banyak cerpen yang saya sukai dari buku ini. Kalau
untuk cerpen yang bertema romantisme, sepertinya “Sepotong Senja Untuk Pacarku”
masih jadi yang terfavorit bagi saya. Sedangkan cerpen dengan tema kritik sosial,
saya suka dengan “Aku Pembunuh Munir”. Bener-bener bagus! Setelah membaca kumpulan
cerpen ini juga, saya tahu bahwa pada suatu waktu SGA juga pernah menghasilkan
cerpen seperti seseorang yang baru belajar menulis. Artinya, kualitas sebuah
tulisan itu akan selalu bertransformasi seiring dengan latihan kita yang teru
menerus. Buktinya seorang SGA tidak langsung menghasilkan cerpen sebagus “Sepotong
Senja Untuk Pacarku”.
Cerpen-cerpen SGA dalam buku ini banyak menggambarkan
keadaan suatu zaman berdasarkan periodenya. Misalkan pada zaman orde baru, SGA
banyak menuliskan cerpen yang mengkritik rezim masa itu. Berbeda lagi ketika
zaman beralih ke era reformasi, cerpen SGA pun juga turut bergeser. Jadi,
antara periode pertama, kedua, dan ketiga kita dapat melihat adanya pergerkan
isu yang diangkat oleh SGA. Semakin ke belakang, SGA banyak mengangkat tema
kritik-kritik sosial. Tentu saja tema-tema itu SGA kemas dalam sudut pandang
imajinatif. Sehingga dari kumcer ini saya semakin menyadari betapa kerennya
imajinasi seorang SGA. SGA memang sangat pandai mengolah suatu isu dengan
imajinasi. Imajinasi yang dipakai tidak membuat cerita itu menjadi buruk.
Justru malah membuat cerita bertambah bagus.
Sepertinya saya memang harus berguru pada
seorang Seno Gumira Ajidarma. Belajar bagaimana ia mengembangkan sebuah
imajinasi, mengolah dan menyusun bahasa, dan mengemas semuanya dalam satu cerita yang apik. Agar saya juga bisa menghasilkan yang bagus seperti Seno.
Tapi, pertanyaanya, apakah saya bisa?
***
[Buku] Senja dan Cinta Yang Berdarah: Mengagumi Imajinasi Seno Gumira Ajidarma
Reviewed by TIDAKTAMPAN
on
November 15, 2017
Rating:
Tidak ada komentar: