Butuh waktu yang cukup lama untuk menamatkan
buku ini. Bukan karena isi buku yang berat, tetapi kesibukan membuat saya harus
mengulang-ulang bagian yang sebelumnya sudah dilewati agar kembali ingat.
Kurang lebih saya membutuhkan sekitar tiga bulan. Cara membaca seperti itu saya
kira kurang baik. Tetapi karena saya sudah begitu antusias dengan buku ini,
maka saya rela mengulang-ulang membacanya.
Secara garis besar buku ini membahas tentang
perjalanan umat manusia melewati tiga revolusi besar: Revolusi Kognitif,
Revolusi Pertanian, dan Revolusi Sains, hingga menjadi makhluk yang menguasai
peradaban saat ini.
Selama ini kita barangkali berpikir bahwa kita
adalah satu-satunya spesies dari genus Homo. Ternyata pikiran itu salah.
Kita hanya satu dari beberapa spesies yang ada atau dengan kata lain kita masih
memiliki saudara. Ada beberapa spesies lain di antaranya Australopithecus,
Neanderthalensis, Erectus, Soloensis, Floresiensis,
dan banyak lagi. Dan kita, Sapiens, menjadi satu-satunya spesies yang
mampu bertahan hingga saat ini. Bagaimana bisa? Bagaimana dengan
spesies-spesies yang lain? Kenapa mereka tidak bisa bertahan seperti kita?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut terjawab dalam buku ini.
Sapiens sudah ada
sejak 150.000 tahun lalu dan hanya sibuk sendiri di sudut Afrika sana. Namun,
karena adanya Revolusi Kognitif maka hanya Sapiens yang
menjadi superior di antara spesies lainnya. Sapiens sendiri
merupakan spesies yang terbelakang jika dibandingkan dengan spesies lainnya.
Misalnya saja dengan Neanderthals yang
punya otak lebih besar, kemampuan beradaptasi, dan otot yang lebih kuat.
Revolusi Kognitif merupakan perubahan yang terjadi pada Sapiens yang menyebabkan Sapiens menjadi
pintar, dapat berpikir, dan berkomunikasi dengan baik. Spesies lain barangkali
juga mengalami revolusi yang sama namun tidak secepat yang dialami Sapiens. Yuval sendiri menyebutkan bahwa sampai saat ini
belum ada yang tahu apa penyebab dari revolusi ini.
Kemampuan
berkomunikasi dengan baik menjadi hal terpenting dalam Revolusi Kognitif. Yuval
menyebutkan ada tiga hal yang membuat kemampuan berbahasa atau berkomunikasi Sapiens
menjadi penting yaitu bahasa membuat Sapiens dapat berkomunikasi, bahasa dapat
dipakai untuk bergosip, dan bahasa dapat dipakai untuk berimajinasi. Ketiga hal
inilah yang diyakini mampu menjadikan Sapiens sebagai spesies yang superior dan
mengalahkan spesies lainnya. Dengan kemampuan ini Sapiens bisa berkumpul dan
bekerja sama. Tentunya dengan jumlah yang sangat besar.
Sapiens lantas lebih
banyak hidup dengan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain demi
mencari makanan. Perpindahan mereka tergantung kepada musim, migrasi tahunan
hewan, dan siklus pertumbuhan tumbuhan. Kadang kawanan Sapiens mengembara
keluar dari wilayah sendiri menuju Kawasan abru, entah karena bencana alam,
konflik sengit, tekanan demografik, atau inisiatif pemimpin kawanan.
Aktivitas utama Sapiens
sebenarnya adalah mengumpul, dan dari kegiatan itu mereka memperoleh sebagian
besar kalori, juga bahan mentah seperti batu api, kayu, dan bambu. Sapiens
sendiri pada masa-masa ini disebut sebagai pemburu-pengumpul. Hidupnya dengan
cara mengumpulkan tumbuhan liar dan berburu hewan liar.
Namun, semua itu berubah
sekitar 10.000 tahun silam, ketika Sapiens mulai melakukan upaya untuk
memanipulasi kehidupan segelintir spesies hewan dan tumbuhan. Sapiens mulai
menebar biji, menyiram tanaman, mencabut gulma, dan menggiring domba ke padang
rumput. Mereka berpikir bahwa hal ini akan menyediakan lebih banyak buah,
padi-padian, dan daging. Hal ini yang kemudian disebut sebagai Revolusi
Pertanian.
Bagi para
cendekiawan dahulu, Revolusi Pertanian merupakan sebuah lompatan jauh ke depan
bagi umat manusia. Namun, nyatanya Revolusi Pertanian tidaklah sehebat yang
dibayangkan. Revolusi ini justru menjerumuskan petani ke dalam kehidupan yang
lebih berat dan kalah memuaskan dibandingkan dengan pemburu-pengumpul.
Pemburu-pengumpul menghadapi kemungkinan kelaparan dan menderita penyakit yang
kecil. Revolusi Pertanian memperbesar jumlah total makanan yang bisa
dimanfaatkan dan itu justru berdampak pada ledakan populasi dan adanya kaum
elite yang dimanja. Menurut Yuval, Revolusi Pertanian adalah tipuan terbesar
dalam sejarah.
Dalam hal ini bukan
Sapiens yang mendomestikasi tumbuhan, justru tumbuhan-tumbuhan itulah yang
mendomestikasi Homo Sapiens.
Evolusi terus
terjadi pada Sapiens. Selanjutnya Sapiens mulai mengenal uang dan hal ini
membuat manusia bersatu. Selain itu, imperium dan agama juga menjadi faktor pemersatu
umat manusia yang lain. Yuval dalam buku ini membahas bagaimana proses dari
ketiganya menyatukan umat manusia di dunia.
Titik berat pada
Revolusi Sains bukanlah revolusi pengetahuan. Justru sebaliknya, revolusi
ketidaktahuan. Penemuan terbesar dalam Revolusi Sains adalah penemuan bahwa
tidak mengetahui jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan mereka. Revolusi ini
memungkinkan Sapiens menerima ilmu, kebenaran, dan pengetahuan baru. Ia
kemudian memunculkan bahasa baru yaitu matematika.
Ketika sains sudah
dikuasai oleh Sapiens lalu muncul kekuatan pendampingnya: kapitalisme. Lewat
gagasan ini kemudian muncul penemuan-penemuan lain. Di antara yang terpenting
adalah mesin uap. Sejak saat itu, para ilmuwan berlomba-lomba untuk menemukan
hal baru. Peristiwa inilah yang kemudian disebut sebagai Revolusi Industri.
Perkawinan antara
sains dan kapitalisme menjadi suatu kekuatan yang luar biasa. Hal ini yang
kemudian membuat bangsa-bangsa Eropa menjadi digdaya. Kekhalifaan Islam dan
Kekaisaran Tiongkok barangkali punya kekuatan yang besar. Namun mereka tidak
tertarik pada dua hal itu. Eropa menjadi istimewa karena ambisi mereka yang
tiada banding.
Pada bagian akhir
buku ini, Yuval mulai membahas masalah penting bagi manusia yaitu kebahagiaan.
Apakah semua penemuan oleh Sapiens mampu memberi kebahagiaan? Apakah tujuh
puluh sekian millennium sejak Revolusi Kognitif menjadikan dunia ini lebih
baik? Jika tidak, untuk apa mengembangkan pertanian, kota, uang, imperium, dan
sains? Sejarah sendiri tidak pernah mengatakan apa-apa tentang bagaimana semua
itu mempengaruhi kebahagiaan dan kesejahteraan individu.
Yuval juga membahas
tentang masa depan Homo Sapiens. Karena
sains yang terus menerus berkembang, Homo Sapiens mulai
mematahkan hukum-hukum alam. Di banyak laboratorium di dunia, para ilmuwan
mulai melakukan seleksi alam sendiri dengan melakukan rekayasa makhluk hidup.
Sementara ini setidaknya ada tiga cara melakukan seleksi alam dengan desain
cerdas yaitu rekayasa biologis, rekayasa siborg, dan rekayasa kehidupan
anorganik. Melihat itu semua bukan tidak mungkin masa depan Homo Sapiens terancam. Bisa jadi entah berapa ratus tahun lagi,
spesies kita sudah diganti oleh makhluk-makhluk ciptaan kita sendiri.
Terakhir, Yuval
menyebut bahwa Homo Sapiens sebagai hewan yang
menjadi Tuhan. Bayangkan saja, tujuh puluh ribu tahun silam kita hanya hewan
tak berguna yang sibuk sendiri di belantara Afrika. Seiring berjalannya waktu Homo Sapien menjelma penguasa seluruh planet dan teror
ekosistem. Dan kini, Homo Sapiens nyaris
menjadi Tuhan dan hamper mencapai keabadian bahkan kemampuan ilahi untuk
menciptakan dan menghancurkan. Kita barangkali telah banyak menbuat kemajuan
sehingga kelaparan, wabah, dan perang menjadi berkurang. Namun, di sisi lain
kondisi hewan-hewan dan tumbuhan memburuk dibandingkan sebelumnya.
Apa yang kalian
rasakan ketika membayangkan hal itu?
Membaca buku ini
banyak memberikan pencerahan baru bagi saya. Pengetahuan baru yang saya
dapatkan dari buku ini banyak mengganti doktrin-doktrin yang selama ini
tertanam dalam otak saya. Kehebatan Yuval mampu meringkas bahasan yang luas
menjadi padat dan berisi. Ia mampu menulis peristiwa sejak 13,8 miliar tahun
lalu hingga kini dengan alur yang jelas. Yuval juga menyampaikannya dengan
bahasa yang mudah dipahami dan terasa ringan meskipun kita tahu bahwa
pembahasan ini sebetulnya berat. Yang paling penting lagi, Yuval juga banyak
menyertakan referensi-referensi yang berasal dari banyak penelitian. Hal inilah
yang membuat buku ini punya data yang kuat. Ini adalah salah satu buku terbaik
yang pernah saya baca.
Mengutip kalimat
terakhir dari buku ini: apakah yang lebih berbahaya daripada dewa-dewi yang
tidak puas, tidak bertanggung jawab, dan tidak mengetahui apa yang diinginkan?
Selamat membaca.
[Buku] Sapiens: Riwayat Singkat Umat Manusia, Sebuah Pencerahan Bagi Pembacanya
Reviewed by TIDAKTAMPAN
on
September 08, 2019
Rating:
Tidak ada komentar: